Cari Blog Ini

Kamis, 15 Desember 2011

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Saleh
NIM : 14106310035



I.     Pendahuluan
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
 Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.[1] Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, danmerancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Berbagai macam model pengembangan pembelajaran dikembangkan dengan tujuan :
  1. mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan
  2. memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk pengelolaan pembelajaran
  3. memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan anatar asatu dengan yang lainnya
Istilah pengembangan dan desain sebenarnya mengandung pengertian yang berbeda. Pengembangan pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas karena meliputi desain pembelajaran. Pengembangan pembelajaran adalah : suatu pendekatan sistematik dalam desain, produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap, meliputi semua komponen system yang tepat dengan suatu pola manajemen untuk menggunakannya; desain pembelajaran merupakan satu tahapan dari pengembangan pembelajaran (AECT, 1986)
Reigeluth (1983) mengatakan bahwa desain pembelajaran merupakan proses yang menentukan metode pembelajaran apa yang terbaik untuk mata pelajaran tertentu bagi siswa tertentu agar mencapai tujuan tertentu.
II. Teori-Teori Pembelajaran Dalam Desain Pembelajaran
Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat. Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual, Terdapat beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi/komputer dalam pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme.
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme memandang fikiran sebagai ‘kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat diobsevasi secara kuantitatif, sepenuhnya mengabaikan proses berfikir yang terjadi dalam otak. Kelompok ini memandang tingkah laku yang dapat diobservasi dan diukur sebagai indikator belajar. Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka dapat mensetting harapan-harapan mereka dan menentukan apakah dirinya telah mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak.
  2. Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai outcome pembelajaran atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat pencapaian pembelajar dan untuk memberi umpan balik yang tepat.
  3. Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan.
  4. Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.
2. Teori Kognitivisme
Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar, yaitu:
  1. Pembelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan temantemannya, dan bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu.
  2. Pembelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan tindakan.
  3. Pembelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan symbol-simbol dari pada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan teori dan melakukan analisis sistematis.
  4. Pembelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar dengan melakukan paktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai metode belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik dan informasi.
3. Teori Konstruktivisme
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar, yang memandang belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar yang memungkinkan pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan dalam mendesain sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan dalam banyak konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual harus digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat menerapkan informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari pembelajaran satu-cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan. Implementasi pada online learning adalah sebagai berikut:
  1. Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajar tetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkanproses tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal.
  2. Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran interaktif yang bagus, karena siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan pembelajar lain dan dengan instruktur, dan karena itu agenda belajar dikontrol oleh pembelajar sendiri.
  3. Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajar pengalaman kehidupan nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka menggunakan keterampilan metakognitif mereka.
  4. Pembelajar harus diberi control proses belajar.
  5. Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.
  6. Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukan contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar sehingga mereka dapat menerima informasi yang diberikan.
  7. Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal. Pembelajar menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi informasi tersebut.
III. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1.    Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2.    Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3.    Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari.
4.    Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5.    Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6.    Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
IV. Model-Mpdel Desain Pembelajaran
Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Sebagai seorang guru sebelum melakukan kegiatan pepmbelajaran terlebih dahulu membuat desain pembelajaran, dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model desai pepbelajaran yang diangggap cocok untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun model-model desain pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran adalah :
1.    Model PPSI (Prosedur Pengembangan System Intruksional)
Munculnya model ppsi dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai beirkut:
  1. Pembelakuan kurikulum 1975, metode penyampaian adalah Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) untuk pengembangan satuan pembelajaran (RPP).
  2. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebaagai suatu sistem”, maka pepmbelajaran menggunakan pendekatan system (PPSI).
  3. Pendidik atau guru menggunakan paradigm “ transfer of knowledge” belum pada pembelajaran yang professional.
  4. Tuntutan kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efesiensi, efektivitas dan kontinuitas.
  5. Sistem semester pada kurikulum 1975 menuntut perencanaan pengajaran sampai satuan materi terkecil.[2]
Sistem intruksional menunjukan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai sustu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sam lain dalam rangka mrncapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen, antara lain; materi pelajaran, metode, alat evaluasi, yang kesemuanya itu berinteraksi satu sama lain di dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Dalam hal ini, ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model ppsi yaitu:
  1. Merumuskan Tujuan  Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan intruksional dimaksud adalah perumusan tentang tngkah laku atau kemampuan-kemampuan yang diharapkan serta dapat dimiliki oleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang diharapkan itu dirumuskan secara spesifik dan terukur sihingga dapat diamati dan dievaluasi.[3]
  1. Mengembakan alat evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sampai dimana siswa telah menguasai kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam model ppsi ini berbeda dengan biasanya dilakukan, pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan pepmbelajaran, tetapi pada langkah kedua sesudah tujuan khusus ditetapkan. Hal ini ddidasarkan atas prinsip yang beorientasi pada tujuan / hasil (Output Orientasi), yaitu penilaian terhadap suatu sistem pembelajaran didsarkan atas  hasil yang dicapai.[4]
  1. Menetapkan  kegiatan belajar mengajar.
Setelah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetpkan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegitan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:
  1. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
  2. Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa;
  3. Menetapakan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
  1. Merencanakan program kegiatan belajar mengajar
Setelah langkah  satu sampai tiga ditetapkan, selanjutnya perlu dimantapkan dalam suatu program pembelajaran. Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis sesuai denga situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran  yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan dismapaikan, termasuk penyusunan proses pelaksanaan evaluasi.[5]
  1. Melaksanakan program
Dalam melaksanakan program ada langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu :
  1. Mengadakan Pretest (tes awal)
Tes yang diberiakn kepada siswa adalah tes yang telah disusun pada langkah kedua. Fungsi tes awal ini adlah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa, sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila siswa telah menguasai keampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program pembelajaran yang akan diberikan.
  1. Menyampaikan materi pembelajaran
Pada prinsipnya penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada rencana yang telah disusun pada langkah keempat, yaitu merencanakan kegiatan belajar mengajar, baik dalam materi, metode, maupun alat yang digunakan. Selain itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan dulu kepada siswa tujuan / kompetensi yang akan dicapai, sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.
  1. Mengadakan Post Test
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Test yang diberikan identik dengan yang diberikan pada test awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya. Test awal (Pretest) berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir (Posttest) berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6]
2.    Model glasser
Model desain pembelajaran pada dasrnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang paling sederhana adalah model glasser. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran model glasser adalah sebagai berikut:
a.       Intructional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan dengan cara lengsung melihat atau menggunakan objek sesuai dengan materi pelajaran dan tukjuan pembelajaran. Jadi, seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada praktik.
b.      Entering Behavior (Sistem Input)
Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.
c.       Instructional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuaidengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran sesuai dengan prosedurnya.
d.      Performance Assessment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau prilaku siswa secara tetap atau prilaku siswa yang menetap. Model glasser adalah model yang paling sederhana.
3.    Model Gerlach Dan Ely
Model Gerlach dan Ely adalah sebuah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, karena didalamnya terdapat penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang akan disampaikan. Disamping itu, model Gerlach dan Ely menetapkan pemakaian produk teknologi pendidikan sebagai media dalam penyampaian materi.
Dalam pembelajaran model Gerlach dan Ely ada komponen-komponen yang harus dilaksnakan demi tercapainya suatu pembelajaran adalah sebagai berikut :
  1. Merumuskan Tujuan Pebelajaran ( Specification Of Objectives)
Tujuan pe,belajran merupakan suatu target yang ingin dicapai delam kegiatan pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran merumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki siswa pada tingkat jenjang tertentu, sehingga setelah selesai pokok bahasan tertentu siswa dapat memiliki kemapuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan oprasional agar muda diukur dan dinilai.
  1. Menentukan Isi Materi Specification Of Content
Bahan / materi pada dasarnya adalah “isi/konten” dari kurikulum, yakni berupa pengalaman belajar dalam bentuk topic/subtopic dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya. Namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
  1. Penilaian kemampuan awal siswa (Assessment Of Entering Behaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal, hal ini penting bagi guru agar dapat memberikan porsi pelajaran yang tepat, juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam pembelajaran atau dalam penggunaan metode pembelajaran.
  1. Menentukan strategi (determination of strategy)
Dalam tahap ini pengajar harus menentukan cara yang dapat mencapai tujuan intruksional dengan sebaik-baiknya. Menurut gerlach dan ely ada du macam pendekatan, yaitu :
1)      Bentuk ekspose (expository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah. Pada expository, pengajar lebih besar perananya. Siswa diharapkan bisa memproses informasi dari pengajar.
2)      Benyuk inquiry lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Pengajar hanya menampilkan demontrasi. Siswa dianjurkan untuk mengajukan hipotesis sebanyak-banyaknya serta pertanyaan kepada guru, tetapi siswa dapat menemukan jawabannya sendiri.
  1. Pengelompokakn Belajar (Organizationof Groups)
Setelah menentukan strategi, pengajar harus mulai merencanakan bagaiman kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
  1. Pembagian waktu (Allocation Of Time)
Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia,pola-pola administrasi serta abilitas dan minat-minat para siswa.
  1. Menentukan ruangan (Allocation Of Space)
Alokasi ruang  ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dpat sipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antar siswa atau mendengarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar. Ada tiga alternative ruangan belajar, agar proses belajar mengajar dapat terkondisikan, yaitu; ruangan kelompok besar, ruangan kelompok kecil dan ruangan untuk belajar mandiri.
  1. Memilih Media (Allocation Of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati, sehingga fungsinya tidak hanya sebagai stimulus rangsangan belajar siswa semata. Sebagai sumber belajar model ini yaitu; manusia dan benda nyata, media visual proyeksi, media audio, media cetak dan media display.
  1. Evaluasi Hasil Belajar (Evaluation Of Permance)
Hakekat belajar adalah perubahan tingkha laku pada akhir kegiatan pembelajaran. Semua usaha kegiatan pengembangan intruksional dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Yang dievaluasi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi justru system pembelajarannya.   
  1. Menganalisis Umpan Balik ( Analysis Of Feedback)
Umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan system intruksional ini. Data umpan balik diperoleh dari evaluasi, tes, observasi maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha intruksional ini menentukan apakah system, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan intruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
4.    Model Jerold E. Kemp
Jerold E. kemp berasal dari California state university di sanjose. Kemp mengembangkan model desain intruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain intruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya menetapkan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya materi/isi (content) kemudian dievaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas hasil-hasil evaluasi.[7]












DAFTAR PUSTAKA
Gentry, C. G. 1994. I ntroduction to instructional development: Process and technique . Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company
Morrison, Gary R., Steven M. Ross, and Jerrold E. Kemp.2007. Designing Effective Instruction 5th edition. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Roestiyah N.K., Yumiati Suharto,(1985) Strategi belajar Mengajar, Jakarta. Bina aksara
Rusman, (2010), Model-model pembelajaran; mengembangakan professional guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada,
Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta



[1] Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta
[2] Rusman, (2010), Model-model pembelajaran; mengembangakan professional guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada, hal 147-148
[3] Roestiyah N.K., Yumiati Suharto,(1985) Strategi belajar Mengajar, Jakarta. Bina aksara hal; 99
[4] Ibid, hal; 100
[5] Rusman, (2010), Model-model pembelajaran; mengembangakan professional guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada, hal 150
[6] Rusman, (2010), Model-model pembelajaran; mengembangakan professional guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada, hal 151
[7] Rusman, (2010), Model-model pembelajaran; mengembangakan professional guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada, hal 152-166

1 komentar:

  1. Terima kasih pak, sangat membantu untuk dijadikan referensi mata kuliah perencanaan pembelajaran...

    BalasHapus