Cari Blog Ini

Jumat, 09 Desember 2011

METODE PEMBELAJARAN DALAM TRADISI PENDIDIKAN ISLAM Saleh


METODE PEMBELAJARAN DALAM TRADISI
PENDIDIKAN ISLAM
Saleh
A.  Pendahuluan
Pendidikan agama merupakan bagian penting dalam pendidikan untuk membentuk insan kamil. Agama islam sebagai bagian dari sejumlah agama didunia, merupakan agama yang mempunyai pandangan hidup bahwa dunia adalah sesuatu yang fana dan permaianan belaka. Manusia beragama akan lebih mementingkan kehidupan akhirat sehingga ia akan menjadikan dunia ini sebagai lapangan kebajikan untuk memperoleh kehidupan yang sempurna di akhirat kelak.
Salah satu jalan untuk mencapai kehidupan kamil ini adalah dengan adanya pendidikan agama, lebih khusus yakni pendidikan agama islam sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Namun demikian realitanya menunjukkan adanya kegagalan pendidikan agama islam di lingkungan kita.
Pendidikan agama islam sebagai bagian dari pendidikan agama islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia yang kamil. Pendidikan sebagai transfer of knowledge merupakan mata tombak utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama ajaran agama islam. Dimana dengan adanya pendidikan ini maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang.
Salah satu alat pendidkan agama islam yakni metode pembelajaran pendidkan  islam. Yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik agama islam maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama islam. Dengan mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu menyampaikan materi-materi ajaran agama islam dengan berbagai variasi sehingga tujuan pendidikan agama islam dapat tercapai dengan lebih mudah.
B.  Pembahasan
1.    Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani  Methodos yang berarti cara atau jalan yangditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik,sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metodemengajar yang digunakan oleh guru.Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar muriddan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusimerupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik ataupokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapaiatau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Dalam metode diskusi guru dapat membimbing dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuhtanggung jawab, msetiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat harus berdasarkanprinsip-prinsip tertentu yang dapat diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, jugabukan untuk menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang lain, menerimapendapat yang enar dan menolak pendapatb yang salah adalah ciri dari metode yang dapatdighunakan untuk mendidik siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa.Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi dapat menggunakan variasi model-model pembelajaran menarik dan memotivasi siswa. Dari sekan banyak model pembelajaranyang ada, model pembelajaran jigsaw cocok untuk digunakan dalam metode diskusi. Model pembelajaran jigsaw membantu murid untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligussiswa mampu menjadi nara sumber bagi satu sama yang lain.Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehinggaseringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkanistilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilahtersebut.
2.    Pengertian pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpaguru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Pengertian pembelajaran menurut kamusbahasa Indonesia :Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidupbelajar. Dalam undang-undang system Pendidikan Nasional tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didikdengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar[1]. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik didalam maupun diluar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian. Pembelajaran juga merupakan preskripsi yang menguraikan bagaimana sesuatu hendaknya diajarkan sehingga mudah dijangkau dan bermanfaat bagi peserta didik.[2]
Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli : Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang  sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guruuntuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupauntuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yangbersifat internal.
Pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran
Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau lingkungannya. Karena pembelajaran merupakan interaksi dua pihak, maka diperlukan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran atau sering dikenal istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik dunia pendidikan. 
3.    Metode Pembelajaran dalam tradisi Pendidikan Islam
Dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan dalam tradisi pendidkan islam, yang dimaksud tradisi pendidikan islam adalah metode pembelajaran di pondok pesantren. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa) yang berarti menyudorkan, sebab setiap santri menyudorkan kitabnya dihadapan kyai atau pembantunya –asisten kyai. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita sebagai orang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab.Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan,komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusai tingkat dasar (Ibtidaiyah) dan tingkat menengah (tsanawiyah)yang segala sesuatunya perlu diberi atau dibekali.
b. Watonan atau bandungan
Waton/bandungan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bhs.Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu,sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Dan metode bandungan ini cara penyampainnya dimana seorang guru, kyai, atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, sementara santri, murid, atau siswa mendengarkan, memberi makna,dan menerima. Jadi guru berperan aktif sementaramurid bersifat pasif. Dan metode bandungan ini dapat bermanfaat ketika julah muridnya cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan cukup banyak.
c. Halaqoh
Metode Halaqoh, dikenal juga dengan istilah munazaharah system ini merupakan kelompok kelas dari system bandungan. Halaqoh yang berarti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam satu tempat. Sistem ini merupakandiskusi untuk memahami isi kitab , bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkanoleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oeh kitab.Bila dipandang dari sudut pengembangan intelektual, menurut Muhammad yunus system ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas, rajin dan mampu serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk stadi ini. Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning, sedangkan guru bertindak sebagai “moderator”. Metode berdiskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar, sehingga akan tumbuh dan berkembang pemikiranpemikiran kritis, analitis, dan logis.
d. Hafalan atau tahfizh
Hafalan, metode yang diterapkan di pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk menghafalkan kitab-kitab tertentu, semisal Alfiyah ibnu Malik atau juga sering juga dipakai untuk menghafalkan Al-Qur’an, baik surat-surat pendek maupun secara keseluruhan. Metode ini cukup relevan untuk diberikan kepada murid-murid usia anak-anak, tingkat dasar,dan tingkat menengah. Pada usia diatas itu, metode hafalan sebaiknya dikurangi sedikit demi sedikit, dan lebih tepat digunakan untuk rumus-rumus dan kaidah-kaidah.
Dalam metode hafalan para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu dalam jangka aktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di “setorkan” dihadapan kyai atau ustadznya secara priodik atau insidental tergantung kepada petunjuk sebelumnya. Dengan demikian, titik tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu mengucapkan atau melafalkan sekumpulan materi pembelajaran secara lancer dengan tanpa melihat atau membaca teks.
e. Hiwar atau musyawarah
Metode hiwar atau musyawarah,hamper sama dengan metode diskusi yang umum kita kenal selama ini. Bedanya metode hiwar ini dilaksanakan dalam rang pendalaman atau pengayaan materi yang sudah ada di santri. Yang menjadi ciri khas dari hiwar ini, santri dan guru biasanya terlibat dalam sebuah forum perdebatan untuk memecahkan masalah yang ada dalam kitab-kitab yang sedang di santri
.f. Bahtsul Masa’l (Mudzakaroh)
Metode Mudakarah atau dalam istilah lain bahtsul masa’il merupakan pertemuan ilmiah, yang membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah dan masalah agama pada umumnya. Metode ini tidak jauh beda dengan metode musyawarah. Hanya saja bedanya, pada metode mudzakarah persyaratannya adalah para kyai atau para santri tingkat tinggi.
g. Fathul Kutub
Metode Fathul Kutub biasanya dilaksanakan untuk santri-santri yang sudah senior yang akan menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren. Dan ini merupakan latihan membaca kitab (terutama kitab klasik), sebagai wahana menguji kemampuan mereka setelah mensantri.
h. Mukoronah
Metode mokoronah adalah sebuah metode yang terfokus pada kegiatan perbandingan, baik perbandingan materi, paham, metode maupun perbandingan kitab. Metode ini akhirnya berkembang pada perbandingan ajaran-ajaran agama. Untuk perbandingan materi keagamaan yang biasanya berkembang di bangku Perguruan Tinggi Pondok Pesantren (Ma’had Ali) dikenal istilah Muqoronatul Adyan. Sedangkan perbandingan paham atau aliran dikenal dengan istilah Mukoronatul madzahib.(perbandingan mazhab).
i. Muhawarah atau Muhadatsah
Muhawarah adalah merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa arab. Aktivitas ini biasanya diwajibkan oleh Pondok Pesantren kepada para santrinya selama mereka tinggal di Pondok Pesantren. Percakapan ini baik antra sesame santri atau santri dengan ustadznya, kyainya pada waktu-waktu tertentu. Kepada mereka diberi perbendaharaan kata-kata bahasa Arab atau Inggris untuk dihafalkan sedikit demi sedikit, setelah santri banyak menguasai kosa kata, kepada mereka diwajibkan untuk menggunakan dalam percakapan sehari-hari. Dan banyak juga di Pondok-Pondok Pesantren metode muhawarah ini yang tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam satu minggu atau dalam waktu-waktu tertentu saja.[3]
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab  metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis. [4]
  1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada agama. Sementara agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
  2. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
  3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
  4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara peserta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.[5]
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, metode sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran yang dilakukan dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
4.    Prinsip Pendidikan islam
Dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan adalah dengan mentransfer pemikiran. Pemikiran yang dimaksudkan di sini bukanlah sekedar mentransfer informasi atau pengetahuan. Tetapi yang dimaksud dengan pemikiran adalah kemampuan untuk menyerap fakta dengan menggunakan alat indra yang dimiliki ke dalam otak, yang kemudian oleh otak diinterpretasikan sesuai dengan informasi yang terkait, dan akhirnya bisa ditetapkan hukum/ status atas fakta tersebut.
Dalam proses pengajaran, harus terdapat timbal balik antara penyampaian dan penerimaan pemikiran dari pengajar kepada pelajar. Oleh karena itu, seorang pengajar/ guru ketika mentransfer pemikiran dan pengetahuan yang dia miliki kepada siswa harus memperhatikan segala aspek yang melingkupi, termasuk bahasa yang dia gunakan hendaknya disesuaikan dengan kapasitas berpikir siswanya.
Bahasa memang instrumen yang paling penting dalam mentransfer pemikiran, baik itu pemikiran yang berhubungan dengan pandangan hidup ataupun tidak. Secara umum bahasa memiliki tiga fungsi strategis ;(1) bahasa sebagai media pembelajaran segala mata pelajaran di sekolah, (2) bahasa sebagai pentransfer alat berpikir, dan (3) bahasa sebagai alat komunikasi. Dan dalam pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas berpikir, menyiapkan siswa agar mampu bersosialisasi dan berkomunikasi secara fungsional dalam lingkungannya, dan mengambil peran di dalamnya, tentu penguasaan bahasa merupakan dasar bagi keberhasilan pendidikan sebagai proses maupun pendidikan sebagai hasil. Oleh karena itu, penguasaan bahasa diperlukan oleh setiap pengajar. Dan jika itu berkaitan dengan pengetahuan (bukan sastra), hendaknya pengajar menyampaikan pemikiran dalam bahasa yang memiliki makna-makna jelas yang bisa dipahami anak, bukan metafora. Untuk menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan, perlu diperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam tersebut. Menurut al-Syaibani, ada empat dasar metode pendidikan Islam, yaitu: pertama, dasar agamis yaitu meliputi pertimbangan bahwa metode yang digunakan diambil dari tuntunan al-Qur’an dan hadis, kemudian dari sumber yang lain dengan berbagai cabangnya dan dari peninggalan dan amalan orang-orang terdahulu yang shaleh; kedua, dasar biologis, yang meliputi pertimbangan kebutuhan jasmani peserta didik dan tingkat perkembangan usia anak didik; ketiga, dasar psikologis, yaitu meliputi pertimbangan terhadap sejumlah kekuatan psikologis termasuk motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat, dan kecakapan akal (intelektual); dan keempat, dasar sosial, yaitu meliputi pertimbangan kebutuhan sosial di lingkungan peserta didik, artinya metode yang digunakan mesti disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat dan tradisi-tradisi yang berkembang di dalamnya.
C.  Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Pendidikan juga merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah metode. Secara sederhana dapat dipahami bahwa metode dalam pendidikan adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan suatu tujuan yang diinginkan. Dengan demikian ada kaitan yang erat antara epistemologi dengan metode, bahkan dengan metodologi. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur/cara-cara mengetahui sesuatu. Sedangkan metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Jadi, jika metode bicara tentang prosedur sesuatu maka metodologilah yang merangkai secara konseptual tentang prosedur tersebut.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, metode sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran yang dilakukan dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Bahkan sebaik apa pun materi pendidikan yang telah dirumuskan, tanpa metode yang baik maka peserta didik akan sulit untuk menguasai materi tersebut. Al-Qur’an, misalnya, merupakan kumpulan wahyu yang mutlak kebenarannya dan jika dikuasai oleh umat Islam maknanya lalu mampu mengamalkannya, niscaya keselamatan dan kebahagiaan akan diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
1.        Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003
2.        Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, Rosda, 2005 hal 75
3.        Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 216,
http://farhansyaddad.wordpress.com/2011/03/17
4.        http://mhdkosim.blogspot.com/2011/03/17
5.        Muhammad Khofifi, Pola pendidikan santri pada pondok pesantren










[1] Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003
[2]Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, Rosda, 2005 hal 75
[3] Muhammad Khofifi, Pola pendidikan santri pada pondok pesantren http://khofif.wordpress.com/2009/01/17/pola-pendidikan-santri-pada-pondok-pesantren/ (21/03/2011)
[4] Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 216, http://farhansyaddad.wordpress.com/2011/03/09

[5] Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 216, http://farhansyaddad.wordpress.com/2011/03/17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar